Pengikut

Total Pembaca

Cari Blog Ini

Diberdayakan oleh Blogger.

About me

Melancong dari satu kota ke kota lain adalah kesukaanku. Melihat keindahan alam, mendaki gunung, main di pantai dan mengunjungi situs-situs budaya. Semua kisah perjalanan itu, kutulis dan kurangkai dalam blog pribadi.

Semoga isi dari blog ini menginspirasi dan memberikan informasi yang berguna.

Laman

Like us on Facebook

Archive for Februari 2015

Bergandengan Tangan Tidak Selalu Mesra


Di dermaga Ketapang Lampung kapal-kapal bersandar, sebagian adalah kapal nelayan yang disewakan untuk wisatawan. Aroma khas laut sudah tercium di sini, kami berdelapan sudah duduk di dalam kapal tak sabar segera berwisata ke Pulau Pahawang dan sekitarnya. Ada banyak spot snorkeling yang bagus di sekitar pulang Pahawang, bahkan menurut Elvi terumbu karang di sini bagus-bagus.

Saya sebenarnya sudah tidak sabar untuk bisa menikmati itu semua, melihat seperti apa keindahan bawah laut pulau Pahawang. Jujur saya tidak bisa berenang dan karena saya tidak bisa berenang biasanya saya hanya bisa duduk manis di atas kapal sambil mengamati teman-teman yang snorkeling. 

Pernah sih ikut-ikutan snorkeling waktu trip ke Gunung Anak Krakatau tahun 2013, tapi karena saya parno dengan laut jadi yang ada di pikiran saya itu bagaimana kalau tenggelam kan saya nggak bisa berenang. Saya hanya berani ada disekitar kapal sambil pegangan tangga ataupun ban pelampung yang bergelantungan. Hahahha, jujur itu saja sudah membuat saya takut tenggelam padahal mengenakan pelampung. Tapi di perjalanan kali ini ada sedikit harapan buat saya untuk bisa menikmati keindahan bawah laut, karena Elvi dan Puspa bersedia mengajari saya bagaimana caranya snorkeling.


Matahari mulai terik tapi di laut hampir tak ada riak ombak rasanya seperti berada di danau yang tenang. Nah inilah asiknya jika snorkeling di musim kemarau. Kapal ini harus mampir dulu ke pulau Kelagian, di pulau inilah tempat kami menginap jadi kami meletakkan barang bawaan dulu di pulau ini dan hanya perlengkapan snorkeling, makanan dan minuman yang kami bawa ke kapal. Meninggalkan pulau Kelagian kami siap untuk snorkeling di pulau Pahawang.

Gosong nih kita snorkeling pas tengah hari gini,” celetuk Elvi yang sudah siap menceburkan diri ke air.

Mesin kapal sudah dimatikan satu persatu dari kami menceburkan diri ke air. Di atas kapal Elvi mengajari saya cara memakai snorkle dan kacamata selam. Untuk bisa snorkeling kita hanya membutuhkan jaket pelampung (lifejacket), kacamata selam, snorkel dan fin atau kaki katak.

Harus dipakai pas di muka supaya nggak ada air yang masuk,” jelas Elvi.

Benar kata Elvi, pilihlah kacamata selam yang pas ukurannya jangan terlalu besar yang menyebabkan air masuk ataupun kecil yang bikin nggak nyaman dipakai. Mungkin sebaiknya kita punya sendiri kalau sewa biasanya ukurannya berbeda-beda.

Kalau ada air masuk untuk mengeluarkannya ditiup aja pakai mulut,” lanjut Elvi.

Sumber www.madmonkeysurf.co.uk

Saya menggigit ujung snorkle dan memasukkannya ke dalam mulut kemudian mencoba untuk menghirup udara melalui mulut dan meniupnya. Latihan ini seharusnya saya lakukan di pantai supaya terbiasa bernapas di air tapi waktu di pulau Kelagian kami lupa melakukannya. Perlengkapan snorkeling sudah saya pakai dan siap terjun ke laut. Saya terus memegang tangan Elvi “jangan panik nggak akan tenggelam karna pakai pelampung,” kata Elvi meyakinkan saya. 

Untuk membiasakan bernapas menggunakan snorkel maka saya harus menenggelamkan muka ke air. Apa yang terjadi? Beberapa kali saya meneguk air laut, memang benar harus terus latihan bernapas menggunakan mulut. Saat di dalam air jangan coba-coba bernapas dengan hidung, karena akan membuat kita susah bernapas kan hidungnya sudah tertutup rapat oleh kacamata selam. Bernapaslah terus menggunakan mulut.

Mulut..mulut...mulut selalu ingat pakai mulut,” Elvi mengingatkan saya.

Berkat Elvi dan Puspa saya bisa snorkeling

Saya terus berlatih bernapas di air, tangan saya kencang memegang tangan Elvi meskipun Elvi bilang nggak akan tenggelam selama pakai pelampung. Sedikit demi sedikit kini saya sudah mulai terbiasa bernapas di air. Berhubung Elvi juga mau snorkeling bebas, latihan berikutnya Puspa lah yang akan membimbing saya. Puspa sabar banget ngajarin saya, padahal tangannya saya genggam kencang dan nggak tau Puspa merasakan sakit atau nggak. Pokoknya saya nggak mau melepaskan pegangan tangan, saya belum berani untuk dilepas berenang sendirian. Sekarang belajar meluruskan badan dan mulai menggerakkannya.

Yuk Kak ke sana terumbu karangnya bagus,” ajak Puspa.

Saya berusaha menenggelamkan kepala dan badan, dingin itulah yang saya rasakan ketika kepala ini benar-benar tenggelam dan air mulai menyentuh kedua telinga. Kaki mulai saya gerak-gerakkan, fin yang saya pakai seolah-olah meringankan gerak dan mendorong tubuh untuk bergerak jauh. Selain itu fin juga berfungsi melindungi kaki dari tajamnya terumbu karang jika tak sengaja kita menyenggolnya. Sambil terus bergandengan tangan kami mulai berenang menjauhi kapal, senangnya saya sudah bisa melihat terumbuh karang dan ikan-ikan yang berenang bergerombolan. 

Beberapa kali saya harus mengangkat kepala ke udara ketika air mulai banyak terminum dan melepaskan kacamata lebih memilih bernapas dengan hidung. Dan Puspa selalu bilang “nggak apa-apa kita coba lagi,” duuh sabarnya Puspa membimbing saya untuk bisa melihat indahnya bawah laut.



Latihan terus, semakin lama saya bisa memahami tehnik-tehnik dasar snorkeling dan mulai berani kalau Puspa mengajak berenang menjauhi kapal ke laut yang lebih dalam. Oh iya Louis pun mengajari saya gerakan kaki yang benar saat berenang, kita cukup menggerakkan pergelangan kaki kita. Waaah di sana terumbu karangnya banyak dan ikan-ikannya pun banyak, lama-lama saya sudah terbiasa di dalam air dan menikmatinya. Puas dengan satu spot kami berpindah ke spot yang lainnya, karena airnya jernih dari atas kapal saya bisa melihat karang-karang tapi tetap lebih puas kalau bisa lihat langsung ke air.

Kalian turun di sini ya, kapalnya bersandar di pantai,” kata nahkoda kapal kami.

Kami diturunkan di salah satu spot snorkeling yang cukup dalam dan untuk mencapai kapal yang bersandar di pantai tentunya kami harus berenang. Sempat mikir mau ikutan terjun ke laut atau ikutan kapal ke pantai. Ya sudahlah yang lain nyemplung ikutan juga menceburkan diri ke air, tapi tetap menggandeng tangan Puspa. Kasihan juga liat Puspa nggak bisa puas snorkeling karena saya.
Awalnya sih nggak sengaja terlepas dari gandengan tangan Puspa dan saya putuskan untuk berenang sendiri menuju tepi pantai, jaraknya sih lumayan jauh. Sampailah saya di pantai dan yang menjadi masalah nah saya kan belum tau ini gimana masih pakai fin kakinya nggak bisa menjejakkan ke tanah. Ada Mbak-mbak yang lagi berenang saya panggil dan saya pegang tangannya untuk bisa berdiri. Hahhaha ingat itu lucu juga dan ternyata kata Puspa seharusnya tinggal balikkan badan dan jalan mundur atau lepaskan fin baru bisa jalan di pasir.

- Copyright © Jalan-jalan Asik - Skyblue - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -