Pengikut

Total Pembaca

Cari Blog Ini

Diberdayakan oleh Blogger.

About me

Melancong dari satu kota ke kota lain adalah kesukaanku. Melihat keindahan alam, mendaki gunung, main di pantai dan mengunjungi situs-situs budaya. Semua kisah perjalanan itu, kutulis dan kurangkai dalam blog pribadi.

Semoga isi dari blog ini menginspirasi dan memberikan informasi yang berguna.

Laman

Like us on Facebook

Archive for April 2015

Menerobos Gelapnya Lorong Gua Barat

"Kegiatan ini berbahaya, dilarang caving tanpa didampingi oleh Pemandu Profesional. Selama caving dilarang membuang sampah, dilarang merusak stalaktit dan stalakmit "



Berfoto di stalaktit yang indah



Aku memilih sepatu boots yang pas untuk ukuran kakiku, pada tumpukan perlengkapan caving yang disiapkan oleh Mas Yos, pemandu kami. Ada dua pilihan warna, hitam dan hijau. Yang warna hitam kelihatannya ukuran kecil dan kucoba memakainya. Sayang alas kakinya sudah aus, kulepaskan dari kakiku jika kupaksakan tetap memakainya aku kahwatir licin ketika melewati bebatuan.


Nah, kalau yang warna hijau aku tahu itu nyaman dipakai, aku pernah memakainya waktu caving Gua Barat dan Gua Liyah. Bahan karetnya lebih lentur dan alasnya tebal. Sayang, ukuran yang tersisa tinggal nomor 40 sampai 42. Kupilih nomor 40, meskipun ini jauh lebih besar dari ukuran kakiku yang memakai nomor 36. 
 
Foto bersama sebelum caving


Pukul 10 pagi, kami mulai berjalan masuk ke dalam lorong Gua Barat di Gombong Jawa Tengah. Sepuluh meter di awal, trek yang kami lewati masih menuruni anak tangga lengkap dengan lampu penerang. Target kami adalah sampai ke air terjun Superman's Big Sister, diperkirakan  3 jam untuk mencapainya. Suara gemuruh air mulai terdengar, karakteristik Gua Barat yang dialiri sungai bawah tanah membuat kami harus berjalan melewati genangan air, dari yang dangkal hingga ketinggiannya yang mencapai kurang lebih 1,6 meter.  Aku berjalan di pinggir, merambat pada dinding gua. Karena sudah diperingati oleh Mas Yos untuk tidak berpegangan pada pipa air, maka sesulit apapun aku berjalan, pipa air tak menjadi peganganku.


Meskipun sudah pernah caving, tapi aku tetap kagum melihat keindahan ornamen-ornamen gua. Kami berfoto di ornamen stalaktit berbentuk payung, di kanannya ada webbing dan kami memanjat dinding gua dengan bantuan webbing. Aku kira treknya lebih didominasi  menyeberangi air, tapi ternyata keliru. Dari sorotan headlamp aku lihat Elvi sedang berjuang menarik sepatu bootsnya, dia terperosok pada lumpur pekat. Sepertinya dia tidak berhasil, aku tertawa melihat aksinya menarik-narik sepatu boots. Andis datang menawarkan bantuan dan Elvi bisa melanjutkan perjalanan.

Rappelling

Caving Gua Barat ternyata banyak sekali tantangannya, tingkat kesulitannya sangat sulit. Jika di gunung ini namanya tanjakan terus tanpa bonus. Sudah susah payah memanjat batu eh.. harus turun lagi, loncat dari satu batu ke batu lainnya. Merunduk di antara himpitan lorong gua, harus hati-hati supaya tidak cidera atau mematahkan stalaktit dan stalakmit. Yang perlu diwaspadai adalah saat berjalan di air, ada banyak stalakmit yang tidak terlihat, jika menabraknya kaki bisa memar-memar. Biasanya yang berjalan di depan memberi isyarat “awas”, kalau mendengar kata itu waspadalah.


Duduk sambil menunggu rombongan. Foto: Apri Eko Prasetyo
Berjalan melewati genangan air. Foto: Apri Eko Prasetyo

Ornamen stalaktit dan stalakmit yang indah menjadi penyemangat langkah kami. Derasnya debit air mengalir menjatuhi bebatuan, menciptakan air terjun yang indah. Dari semua trek yang harus kami lalui, yang paling membuatku gugup adalah ketika berjalan di air yang dalam, kalau sudah begini aku harus mencari siapa saja yang bisa dijadikan pegangan. Mas Indar bilang kalau pakai pelampung lebih enak berenang saja, entah kenapa aku lebih memilih berjalan. Karena Erlin berjalan tak jauh dariku, maka ketika melewati genangan air yang dalam aku selalu menggandeng tangan Erlin. Sampailah kami pada genangan yang terdalam. Kakiku sudah tak menapak pada lantai gua, kugerakkan supaya bisa berjalan tapi rasanya sepatu bootsku akan lepas.

"Sepatu..sepatu..sepatuku mau lepas Erlin," teriakku sedikit panik.

Aku tidak bisa menyelamatkan sepatu bootsku yang kanan, dia sudah terlepas dari kakiku. Kami berhenti dan Erlin mencari dengan meraba-raba menggunakan kaki. Saat Louis mendekat, aku memintanya untuk mengantarkan aku menepi. Louis dan Andis membantu Erlin mencarinya, sayangnya sepatu boots tidak mengapung, andaikan mengapung mungkin akan mudah mencarinya. Kami berempat sudah tertinggal jauh dari rombongan, Jony datang menghampiri kami dan membantu mencari. Aku berharap teman-teman bisa menemukannya, rasanya mustahil aku pulang tanpa sepatu dengan trek yang berat. Lima menit lebih mereka mencarinya tapi tetap tak membuahkan hasil. Terbesit sedikit penyesalan, andaikan aku tidak ikut caving, mungkin aku tidak akan merepotkan banyak teman. Kami harus melanjutkan perjalanan menyusul rombongan, Andis menawarkan sepatunya untuk aku pakai.

"Kamu gimana?" tanyaku.
"Kaos kakiku tebal kok," jawab Andis.

Aku menyerahkan sepatu bootsku yang kiri ke Andis untuk dia pakai, dan kami melanjutkan perjalanan menuju air terjun Supeman's Big Sister.

"Sepatu boleh hilang asalkan orangnya jangan hilang," celetuk Jony. 


Pencarian sepatu boots. Foto: Driyanto


Kurang lebih pukul 13.00 WIB kami sampai di air terjun Superman's Big Sister, air terjun setinggi 32 meter itu memang terlihat indah di kegelapan. Di bawahnya ada kolam air yang kedalamannya entah berapa meter. Apri sudah mencoba berenang di sana, dan katanya airnya dingin sekali. Di depan Superman's Big Sister ada batu besar, Erlin duduk di sana untuk menikmati keindahan air terjun. Sedangkan om Jarwo, sibuk memasang tripot untuk membidik Superman's Big Sister dengan kamera. Sambil duduk memandangi keindahan Superman's Big Sister aku terus berdoa, semoga saat pulang teman-teman bisa menemukannya, dan aku sudah melaporkan kehilangan ini pada Mas Yos. Elvi menawarkan teh hangat kepada ku dan aku menyeruputnya sambil makan roti. 

Air terjun Superman's Bis Sister


Puas dengan keindahan Superman's Big Sister, kami beranjak meninggalkan tempat indah ini. Dalam perjalanan pulang, rasanya energiku sudah terkuras habis. Di lokasi hilangnya sepatu boots, Mas Yos bertanya di mana persisnya sepatu itu hilang, aku menunjukkan di mana lokasinya. Semua teman berusaha menemukannya, meraba-raba menggunakan kaki. Alhamdulillah Adi berhasil menemukannya.

“Ini sepatunya dapat," teriak Adi.
"Kasihkan Andis," pintaku.

Kini aku bisa pulang dengan perasaan lega, tidak ada kaki yang cidera karena tidak memakai sepatu. Kami pulang dengan jalur yang sama saat berangkat. Kurang lebih pukul 17.30 WIB kami tiba di mulut Gua Barat. Saat melewati mulut gua, di sinilah aku merasa betapa bermanfaat dan pentingnya memakai helm, headlamp, sepatu boots, kaos kaki, kaos tangan, pelampung dan wearpack .

Lega setelah sepatu bootku ditemukan. Foto: Apri Eko Prasetyo

- Copyright © Jalan-jalan Asik - Skyblue - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -