Pengikut

Total Pembaca

Cari Blog Ini

Diberdayakan oleh Blogger.

About me

Melancong dari satu kota ke kota lain adalah kesukaanku. Melihat keindahan alam, mendaki gunung, main di pantai dan mengunjungi situs-situs budaya. Semua kisah perjalanan itu, kutulis dan kurangkai dalam blog pribadi.

Semoga isi dari blog ini menginspirasi dan memberikan informasi yang berguna.

Laman

Like us on Facebook

Archive for November 2015

Embung Batara Sriten; Menikmati Ketinggian Wisata Gunung Kidul

Yogyakarta sebagai kota wisata dan budaya emang selalu asik untuk dikunjungi rasanya nggak akan bosan ke Jogja dan Jogja lagi, ada banyak tempat wisata yang menarik di kota ini. Pertengahan November 2015 kemarin aku datang ke kota ini untuk menghadiri Wisudah adik, esok harinya masih ada waktu untuk jalan-jalan karena jadwal kereta pulang sengaja aku pilih yang malam. Cari info wisata baru di Jogja dari internet dan tertariklah pada nama "Embung Batara Sriten".

Setelah tanya ke adik eeeh dia tau rute-rute jalan yang akan dilewati dan beruntungnya dia mau anterin kakaknya menuju Gunung Kidul. Pukul Lima pagi kami meninggalkan hotel, motor melaju menuju Jl. Wonosari » Piyungan » Bukit Patuk atau Bukit Bintang » Pertigaan Sambipitu ke kiri menuju arah Nglipar » Perkebunan Hutan Kayu Putih » Pertigaan sebelum Pasar Nglipar ke kiri » Jalan Nglipar-Ngawen » Kedungpoh » Pertigaan timur Kantor Kepala Desa Pilangrejo tepatnya Jl. Nglipar-Ngawen Km. 6,5 ke kiri » ikuti jalan aspal dan cor blok sambil lihat penunjuk arah ke Embung Batara Sriten dan Perbukitan Baturagung (Puncak Tertinggi Gunungkidul). Setelah kurang lebih 2 jam perjalanan dan sempat nyasar juga dan tanya sana sini akhirnya kami sampai di pintu loket masuk ke Embung Batara Sriten, kami membayar biaya masuk untuk satu motor dan 2 pengunjung sebesar Rp. 8.000. Dari loket masih berjarak 1 KM lagi dengan kontur jalan berbatu, sepertinya kalau mau ke sini mesti cek kondisi kendaraan kita jangan sampai mogok ataupun ban bocor, cek juga mesin kendaraan karena perjalanan yang kita tempuh menanjak terus dengan kemiringan kurang lebih 35 derajat dari jalan mulus aspal makin ke atas jalanan makin jelek berbatu.



Pukul 7 kami tiba di parkiran kendaraan, suasana sepi dan kami duduk di salah satu bale-bale pondokan untuk istirahat sambil sarapan. Masih terlalu pagi suasana juga masih diselimuti kabut yang perlahan-lahan terangkat oleh sinar matahari. Sayang rasanya hanya duduk di bale-bale pondokan, aku beranjak untuk mengitari Embung sepintas terbesit "jauh-jauh sampai di puncak hanya ada kolam air segini doang". Apa sih Embung itu? Embung adalah tampungan air raksasa, bisa dikatakan seperti waduk. Sedangkan Batara adalah suatu prasasti Baturagung Rahayu dan Sriten itu sendiri nama daerah ini Padukuhan Sriten. Embung ini dibangun untuk menampung air hujan, nah airnya dipergunakan untuk mengairi perkebunan buah di sekitaran bukit.



Wisata Embung Batara Sriten termasuk yang terbaru di Jogja, baru dibuka secara resmi oleh Kanjeng Ratu Hermas istri Sri Sultan Hamengkubuwono X pada tanggal 17 Maret 2015 dan menjadi wisata tertinggi di Gunung Kidul. Apa saja yang menarik di wisata Embung Batara Sriten? suasana pagi yang masih sepi menjadikan aku bebas untuk mengeksplor setiap sudutnya, hanya ada 3 orang pengunjung yang asik foto-foto di dekat Embung. Dari kejauhan terlihat para pekerja kebun sedang sibuk membersihkan rumput-rumput liat. Dari pinggiran Embung aku beranjak naik ke atas bukit melalui tangga menuju rumah pendopo, penasaran aja kenapa di setiap sudut selalu ada bale-bale pondokan tempat istirahat. Waaah benar ternyata di puncak inilah tempat terbaik untuk menikmati Embung Batara Sriten, posisi 360 derajat menjadikan kita bebas memandang view dari atas ketinggian. Berhati-hatilah jangan terlalu mendekati tebing, di atas puncak ini kita bisa melihat perbukitan dan persawahan serta pemukiman penduduk yang ada di bawah, di sebalah barat ada Dusun Gedang Sari, di tengah ada desa Tegal Rejo dan rawa Jombor Klaten pun terlihat dari atas puncak ini.




   

  
Aku berada di puncak tertinggi Gunung Kidul namanya Puncak Mangir di ketinggian 859 mdpl, ada tugu yang dibuat khusus untuk menandainya. Saat sampai di puncak sempat kaget soalnya di samping tugu ada bangunan makam, laaah makam siapa di atas puncak ini dan akhirnya ada yang kasih tau kalau itu bukan makam tapi sebuah petilasah prasasti yang dibangun untuk mengenang bahwa dulunya tempat ini digunakan untuk peristirahatan Petapa Raden Syeh Wali Jati. Puncak Mangir adalah tempat terbaik untuk melihat Sunset dan Sunrise dan kalau mau kempingpun bisa, cukup membayar izin perorang Rp. 10.000. Selain itu Puncak Mangir dipergunakan untuk Paralahyang mengepakkan parasutnya yang akan mendarat di lapangan Watgalih desa Pilangrejo. 



Puas berada di puncak dan rasa laparpun menghampiri, kami istirahat di warung yang ada di dekat parkiran kendaraan sambil minum teh. Kepada pemilik warung bernama ibu Tumiati inilah aku banyak bertanya tentang Embung Batara Sriten ini, semoga kelak tanaman buah yang ada di Embung Batara Sriten ini tumbuh subur dan menjadi ecowisata andalan Gunung Kidul. Kami meninggalkan Embung Batara Sriten kurang lebih pukul 09.30.



Sekian cerita dari Gunung Kidul, terima kasih sudah membaca dan berkomentar.

- Copyright © Jalan-jalan Asik - Skyblue - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -