- Back to Home »
- Bergandengan Tangan Tidak Selalu Mesra
Posted by : Jalan-jalan Asik
11 Feb 2015
Di dermaga Ketapang Lampung kapal-kapal
bersandar, sebagian adalah kapal nelayan yang disewakan untuk
wisatawan. Aroma khas laut sudah tercium di sini, kami berdelapan
sudah duduk di dalam kapal tak sabar segera berwisata ke Pulau
Pahawang dan sekitarnya. Ada banyak spot snorkeling yang
bagus di sekitar pulang Pahawang, bahkan menurut Elvi terumbu karang
di sini bagus-bagus.
Saya sebenarnya sudah tidak sabar untuk bisa menikmati itu semua, melihat seperti apa keindahan bawah laut pulau Pahawang. Jujur saya tidak bisa berenang dan karena saya tidak bisa berenang biasanya saya hanya bisa duduk manis di atas kapal sambil mengamati teman-teman yang snorkeling.
Pernah sih ikut-ikutan snorkeling waktu trip ke Gunung Anak Krakatau tahun 2013, tapi karena saya parno dengan laut jadi yang ada di pikiran saya itu bagaimana kalau tenggelam kan saya nggak bisa berenang. Saya hanya berani ada disekitar kapal sambil pegangan tangga ataupun ban pelampung yang bergelantungan. Hahahha, jujur itu saja sudah membuat saya takut tenggelam padahal mengenakan pelampung. Tapi di perjalanan kali ini ada sedikit harapan buat saya untuk bisa menikmati keindahan bawah laut, karena Elvi dan Puspa bersedia mengajari saya bagaimana caranya snorkeling.
Saya sebenarnya sudah tidak sabar untuk bisa menikmati itu semua, melihat seperti apa keindahan bawah laut pulau Pahawang. Jujur saya tidak bisa berenang dan karena saya tidak bisa berenang biasanya saya hanya bisa duduk manis di atas kapal sambil mengamati teman-teman yang snorkeling.
Pernah sih ikut-ikutan snorkeling waktu trip ke Gunung Anak Krakatau tahun 2013, tapi karena saya parno dengan laut jadi yang ada di pikiran saya itu bagaimana kalau tenggelam kan saya nggak bisa berenang. Saya hanya berani ada disekitar kapal sambil pegangan tangga ataupun ban pelampung yang bergelantungan. Hahahha, jujur itu saja sudah membuat saya takut tenggelam padahal mengenakan pelampung. Tapi di perjalanan kali ini ada sedikit harapan buat saya untuk bisa menikmati keindahan bawah laut, karena Elvi dan Puspa bersedia mengajari saya bagaimana caranya snorkeling.
Matahari
mulai terik tapi di laut hampir tak ada riak ombak rasanya seperti
berada di danau yang tenang. Nah inilah asiknya jika snorkeling
di musim kemarau. Kapal ini harus mampir dulu ke pulau Kelagian, di
pulau inilah tempat kami menginap jadi kami meletakkan barang bawaan
dulu di pulau ini dan hanya perlengkapan snorkeling,
makanan dan minuman yang kami bawa ke kapal. Meninggalkan pulau
Kelagian kami siap untuk snorkeling
di
pulau Pahawang.
“Gosong
nih kita snorkeling pas tengah hari gini,”
celetuk Elvi yang sudah siap menceburkan diri ke air.
Mesin
kapal sudah dimatikan satu persatu dari kami menceburkan diri ke air.
Di atas kapal Elvi mengajari saya cara memakai snorkle
dan
kacamata selam.
Untuk
bisa snorkeling
kita
hanya membutuhkan jaket pelampung (lifejacket), kacamata selam,
snorkel dan
fin atau kaki katak.
“Harus
dipakai pas di muka supaya nggak ada air yang masuk,” jelas
Elvi.
Benar kata Elvi, pilihlah kacamata selam yang pas ukurannya jangan
terlalu besar yang menyebabkan air masuk ataupun kecil yang bikin
nggak nyaman dipakai. Mungkin sebaiknya kita punya sendiri kalau sewa
biasanya ukurannya berbeda-beda.
“Kalau
ada air masuk untuk mengeluarkannya ditiup aja pakai mulut,”
lanjut Elvi.
Sumber www.madmonkeysurf.co.uk |
Saya
menggigit ujung snorkle dan memasukkannya ke dalam mulut kemudian
mencoba untuk menghirup udara melalui mulut dan meniupnya. Latihan
ini seharusnya saya lakukan di pantai supaya terbiasa bernapas di air
tapi waktu di pulau Kelagian kami lupa melakukannya. Perlengkapan
snorkeling sudah
saya pakai dan siap terjun ke laut. Saya terus memegang tangan Elvi
“jangan panik
nggak akan tenggelam karna pakai pelampung,”
kata Elvi meyakinkan saya.
Untuk membiasakan bernapas menggunakan snorkel maka saya harus menenggelamkan muka ke air. Apa yang terjadi? Beberapa kali saya meneguk air laut, memang benar harus terus latihan bernapas menggunakan mulut. Saat di dalam air jangan coba-coba bernapas dengan hidung, karena akan membuat kita susah bernapas kan hidungnya sudah tertutup rapat oleh kacamata selam. Bernapaslah terus menggunakan mulut.
Untuk membiasakan bernapas menggunakan snorkel maka saya harus menenggelamkan muka ke air. Apa yang terjadi? Beberapa kali saya meneguk air laut, memang benar harus terus latihan bernapas menggunakan mulut. Saat di dalam air jangan coba-coba bernapas dengan hidung, karena akan membuat kita susah bernapas kan hidungnya sudah tertutup rapat oleh kacamata selam. Bernapaslah terus menggunakan mulut.
“Mulut..mulut...mulut
selalu ingat pakai mulut,”
Elvi mengingatkan saya.
Berkat Elvi dan Puspa saya bisa snorkeling |
Saya
terus berlatih bernapas di air, tangan saya kencang memegang tangan
Elvi meskipun Elvi bilang nggak akan tenggelam selama pakai
pelampung. Sedikit demi sedikit kini saya sudah mulai terbiasa
bernapas di air. Berhubung Elvi juga mau snorkeling
bebas, latihan berikutnya Puspa lah yang akan membimbing saya. Puspa
sabar banget ngajarin saya, padahal tangannya saya genggam kencang dan
nggak tau Puspa merasakan sakit atau nggak. Pokoknya saya nggak mau
melepaskan pegangan tangan, saya belum berani untuk dilepas berenang
sendirian. Sekarang belajar meluruskan badan dan mulai
menggerakkannya.
“Yuk
Kak ke sana terumbu karangnya bagus,”
ajak Puspa.
Saya
berusaha menenggelamkan kepala dan badan, dingin itulah yang saya
rasakan ketika kepala ini benar-benar tenggelam dan air mulai
menyentuh kedua telinga. Kaki mulai saya gerak-gerakkan, fin
yang
saya pakai seolah-olah meringankan gerak dan mendorong tubuh untuk
bergerak jauh. Selain itu fin
juga
berfungsi melindungi kaki dari tajamnya terumbu karang jika tak
sengaja kita menyenggolnya. Sambil terus bergandengan tangan kami
mulai berenang menjauhi kapal, senangnya saya sudah bisa melihat
terumbuh karang dan ikan-ikan yang berenang bergerombolan.
Beberapa kali saya harus mengangkat kepala ke udara ketika air mulai banyak terminum dan melepaskan kacamata lebih memilih bernapas dengan hidung. Dan Puspa selalu bilang “nggak apa-apa kita coba lagi,” duuh sabarnya Puspa membimbing saya untuk bisa melihat indahnya bawah laut.
Beberapa kali saya harus mengangkat kepala ke udara ketika air mulai banyak terminum dan melepaskan kacamata lebih memilih bernapas dengan hidung. Dan Puspa selalu bilang “nggak apa-apa kita coba lagi,” duuh sabarnya Puspa membimbing saya untuk bisa melihat indahnya bawah laut.
Latihan
terus, semakin lama saya bisa memahami tehnik-tehnik dasar snorkeling
dan
mulai berani kalau Puspa mengajak berenang menjauhi kapal ke laut
yang lebih dalam. Oh iya Louis pun mengajari saya gerakan kaki yang
benar saat berenang, kita cukup menggerakkan pergelangan kaki kita.
Waaah di sana terumbu karangnya banyak dan ikan-ikannya pun banyak,
lama-lama saya sudah terbiasa di dalam air dan menikmatinya. Puas
dengan satu spot kami berpindah ke spot yang lainnya, karena airnya
jernih dari atas kapal saya bisa melihat karang-karang tapi tetap
lebih puas kalau bisa lihat langsung ke air.
“Kalian
turun di sini ya, kapalnya bersandar di pantai,”
kata nahkoda kapal kami.
Kami
diturunkan di salah satu spot
snorkeling yang
cukup dalam dan untuk mencapai kapal yang bersandar di pantai
tentunya kami harus berenang. Sempat mikir mau ikutan terjun ke laut
atau ikutan kapal ke pantai. Ya sudahlah yang lain nyemplung ikutan
juga menceburkan diri ke air, tapi tetap menggandeng tangan Puspa.
Kasihan juga liat Puspa nggak bisa puas snorkeling
karena
saya.
Awalnya sih nggak sengaja terlepas dari gandengan tangan Puspa dan
saya putuskan untuk berenang sendiri menuju tepi pantai, jaraknya sih
lumayan jauh. Sampailah saya di pantai dan yang menjadi masalah nah
saya kan belum tau ini gimana masih pakai fin
kakinya
nggak bisa menjejakkan ke tanah. Ada Mbak-mbak yang lagi berenang
saya panggil dan saya pegang tangannya untuk bisa berdiri. Hahhaha
ingat itu lucu juga dan ternyata kata Puspa seharusnya tinggal
balikkan badan dan jalan mundur atau lepaskan fin
baru bisa jalan di pasir.
Keren bisa berani snorkeling..
BalasHapusaku prnh di tanjung benoa bali, nyemplung bentar aja karena takut tenggelam pdhl ada guidenya yg siap menggandeng tanganku eeaaaaaa...
Rugi aah Carol klo gak berani, bawah laut itu indaaag bgt. Yuuk belajar :D
Hapus