Posted by : Jalan-jalan Asik 15 Mei 2016

Tak harus orang Betawi untuk bisa membuat laksa yang enak  
Potongan ketupat itu Ia masukkan ke mangkok, ditambah tauge, mie soun, beberapa potongan oncom dan daun kemangi, kemudian disiram kuah kari panas. Supaya tauge dan yang lainnya layu dan matang, beberapa kali laki-laki tua itu harus menuangkan kuah kari ke mangkok kemudian menumpahkannya kembali ke dandang. Menuangkan kuah kari ke mangkok dan menumpahkannya lagi ke dandang. Sabtu siang itu, Kakek sedang meracik 6 mangkok laksa pesanan kami.

Laksa Betawi yang kental bumbu

Sekarang saatnya saya mencicipi laksa buatan Kakek. Kuah karinya kental dengan bumbu, rasanya gurih. Aroma jahe dan kemirinya pekat terasa di lidah saya. Meskipun laksa buatan Kakek tidak ditaburi bawang goreng, tapi wangi daun kemangi tetap membuat laksa ini beraroma lezat. Sebagai pelengkap, tambahkan sambal atau kecap manis. Saya menghabiskannya sebelum laksa menjadi dingin.

Meskipun usianya sudah 70 tahun, tapi tangannya masih cekatan meracik laksa untuk para pelanggan. Saat ditanya siapa namanya, si Kakek hanya memperlihatkan KTP nya, ooh ternyata nama Kakek Sajam Muhamad Chambari. Ia biasa dipanggil Ngkong, sesungguhnya Ia bukan orang Betawi. Kampung halamannya di Cilacap. Sebelumnya Kakek berprofesi sebagai buruh bangunan di Surabaya, kemudian tahun 1980 pindah ke Jakarta dan mulai berjualan laksa. Sudah 35 tahun Kakek berjualan laksa dan rasanya selalu enak, karena Kakek tidak pernah mengurangi bumbu, laksanya selalu dimasak dengan banyak bumbu. Awal berjualan semangkok laksa seharga Rp.50 tapi sekarang semangkok laksa seharga Rp. 10.000.

Masih cekatan meracik laksa tanpa asisten

Laksa enak Kakek saya temui di kawasan Setu Babakan, Srengseng Sawah Jagakarsa Jakarta Selatan. Laksa enak ini dimasak sendiri oleh Kakek. Pukul 6 pagi Kakek mulai mendorong gerobak dari kediamannya di Lenteng Agung Jakarta selatan menuju Setu Babakan. Sedikit sulit untuk menemukan warung Kakek, karena di Setu Babakan yang menjual laksa tidak hanya Kakek. Apalagi di gerobaknya tidak ada nama khusus sebagai penanda, hanya ada tulisan "Toge Goreng, Laksa". Bahkan ada yang menyebutnya laksa Pak Laksa. Sebagai patokan untuk menemukan warung laksa Kakek, lokasinya tak jauh dari mushola atau barisan sebelah kanan dari Galeri Batik.

Sambil menikmati laksa kami ditemani Kakek bercerita, giginya yang ompong membuat kami harus mencerna setiap kata yang diucapkannya. Karena rasanya yang enak, Kakekpun sering diundang membuat laksa di acara pesta pernikahan. "Dibawa pakai mobil ke kota," cerita Kakek dengan suara yang kurang jelas. Kakek juga hafal dengan para pelanggannya, biasanya warung Kakek akan ramai dengan pelanggan saat weekend. Kakek selalu menunggu kedatangan para pelanggannya "besok kayaknya mobil kijang itu datang, 5 mobil," kata Kakek. Besok Kakek akan membuat laksa yang enak untuk menyenangkan pelanggannya.

Heni tampak asik menikmati laksa, Mbak Lulu kayaknya kepedasan

Tapi bulan depan sebelum Ramadhan, Kakek akan pulang ke kampungnya di Cilacap. Laksanya akan libur selama sebulan. Kakek akan menjalankan ibadah puasa Ramadhan bersama istri dan anak-anaknya di kampung. Kamipun meninggalkan warung laksa Kakek dengan perut kenyang, setelah taxi yang kami pesan datang.


Catatan:
Cara menuju Setu Babakan bisa ditempuh dengan kereta api, berhenti di stasiun Lengeng Agung, dari stasiun bisa dilanjutkan denga ojek.


{ 2 komentar... read them below or Comment }

  1. wahhh belum pernah coba..
    mungkin lainkali harus main ke setu demi laksa betawi ini nih..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bawa duit yang banyak ya, ada banyak makanan enak soalnya.

      Hapus

- Copyright © Jalan-jalan Asik - Skyblue - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -