- Back to Home »
- Menerobos Gelapnya Lorong Gua Barat
Posted by : Jalan-jalan Asik
28 Apr 2015
"Kegiatan ini berbahaya, dilarang caving tanpa didampingi oleh Pemandu Profesional. Selama caving dilarang membuang sampah, dilarang merusak stalaktit dan stalakmit "
Aku memilih sepatu boots yang pas untuk ukuran kakiku, pada tumpukan perlengkapan caving yang disiapkan oleh Mas Yos, pemandu kami. Ada dua pilihan warna, hitam dan
hijau. Yang warna hitam kelihatannya ukuran kecil dan kucoba memakainya. Sayang
alas kakinya sudah aus, kulepaskan dari kakiku jika kupaksakan tetap memakainya
aku kahwatir licin ketika melewati bebatuan.
Nah, kalau yang warna hijau aku tahu itu nyaman dipakai, aku pernah memakainya waktu caving Gua Barat dan Gua Liyah. Bahan karetnya lebih lentur dan alasnya tebal. Sayang, ukuran yang tersisa tinggal nomor 40 sampai 42. Kupilih nomor 40, meskipun ini jauh lebih besar dari ukuran kakiku yang memakai nomor 36.
Foto bersama sebelum caving |
Pukul 10 pagi,
kami mulai berjalan masuk ke dalam lorong Gua Barat di Gombong Jawa Tengah.
Sepuluh meter di awal, trek yang kami lewati masih menuruni anak tangga lengkap
dengan lampu penerang. Target kami adalah sampai ke air terjun Superman's Big
Sister, diperkirakan 3 jam untuk
mencapainya. Suara gemuruh air mulai terdengar, karakteristik Gua Barat yang
dialiri sungai bawah tanah membuat kami harus berjalan melewati genangan air,
dari yang dangkal hingga ketinggiannya yang mencapai kurang lebih 1,6
meter. Aku berjalan di pinggir, merambat
pada dinding gua. Karena sudah diperingati oleh Mas Yos untuk tidak berpegangan
pada pipa air, maka sesulit apapun aku berjalan, pipa air tak menjadi
peganganku.
Meskipun sudah pernah caving, tapi aku tetap kagum melihat
keindahan ornamen-ornamen gua. Kami berfoto di ornamen stalaktit berbentuk
payung, di kanannya ada webbing dan kami memanjat dinding gua dengan bantuan webbing.
Aku kira treknya lebih didominasi
menyeberangi air, tapi ternyata keliru. Dari sorotan headlamp aku
lihat Elvi sedang berjuang menarik sepatu bootsnya, dia terperosok pada lumpur
pekat. Sepertinya dia tidak berhasil, aku tertawa melihat aksinya menarik-narik
sepatu boots. Andis datang menawarkan bantuan dan Elvi bisa melanjutkan
perjalanan.
Rappelling |
Caving Gua Barat ternyata banyak sekali tantangannya, tingkat
kesulitannya sangat sulit. Jika di gunung ini namanya tanjakan terus tanpa
bonus. Sudah susah payah memanjat batu eh.. harus turun lagi, loncat
dari satu batu ke batu lainnya. Merunduk
di antara himpitan lorong gua, harus hati-hati supaya tidak cidera atau
mematahkan stalaktit dan stalakmit. Yang perlu diwaspadai adalah saat berjalan
di air, ada banyak stalakmit yang tidak terlihat, jika menabraknya kaki bisa
memar-memar. Biasanya yang berjalan di depan memberi isyarat “awas”, kalau mendengar kata itu waspadalah.
Duduk sambil menunggu rombongan. Foto: Apri Eko Prasetyo |
Berjalan melewati genangan air. Foto: Apri Eko Prasetyo |
Ornamen stalaktit dan stalakmit yang indah menjadi penyemangat
langkah kami. Derasnya debit air mengalir menjatuhi bebatuan, menciptakan air
terjun yang indah. Dari semua trek yang harus kami lalui, yang paling membuatku
gugup adalah ketika berjalan di air yang dalam, kalau sudah begini aku harus
mencari siapa saja yang bisa dijadikan pegangan. Mas Indar bilang kalau pakai
pelampung lebih enak berenang saja, entah kenapa aku lebih memilih berjalan.
Karena Erlin berjalan tak jauh dariku, maka ketika melewati genangan air yang dalam
aku selalu menggandeng tangan Erlin. Sampailah kami pada genangan yang terdalam.
Kakiku sudah tak menapak pada lantai gua, kugerakkan supaya bisa berjalan tapi
rasanya sepatu bootsku akan lepas.
"Sepatu..sepatu..sepatuku
mau lepas Erlin," teriakku sedikit panik.
Aku tidak bisa menyelamatkan sepatu bootsku yang kanan, dia sudah
terlepas dari kakiku. Kami berhenti dan Erlin mencari dengan meraba-raba
menggunakan kaki. Saat Louis mendekat, aku memintanya untuk mengantarkan aku
menepi. Louis dan Andis membantu Erlin mencarinya, sayangnya sepatu boots tidak
mengapung, andaikan mengapung mungkin akan mudah mencarinya. Kami berempat
sudah tertinggal jauh dari rombongan, Jony datang menghampiri kami dan membantu
mencari. Aku berharap teman-teman bisa menemukannya, rasanya mustahil aku
pulang tanpa sepatu dengan trek yang berat. Lima menit lebih mereka mencarinya
tapi tetap tak membuahkan hasil. Terbesit sedikit penyesalan, andaikan aku
tidak ikut caving, mungkin aku tidak akan merepotkan banyak teman. Kami
harus melanjutkan perjalanan menyusul rombongan, Andis menawarkan sepatunya
untuk aku pakai.
"Kamu
gimana?" tanyaku.
"Kaos
kakiku tebal kok," jawab Andis.
Aku menyerahkan sepatu bootsku yang kiri ke
Andis untuk dia pakai, dan kami melanjutkan perjalanan menuju air terjun
Supeman's Big Sister.
"Sepatu
boleh hilang asalkan orangnya jangan hilang," celetuk Jony.
Pencarian sepatu boots. Foto: Driyanto |
Kurang lebih pukul 13.00 WIB kami sampai di air terjun Superman's Big Sister, air terjun
setinggi 32 meter itu memang terlihat indah di kegelapan. Di bawahnya ada kolam
air yang kedalamannya entah berapa meter. Apri sudah mencoba berenang di sana,
dan katanya airnya dingin sekali. Di depan Superman's Big Sister ada batu
besar, Erlin duduk di sana untuk menikmati keindahan air terjun. Sedangkan om
Jarwo, sibuk memasang tripot untuk membidik Superman's Big Sister dengan kamera.
Sambil duduk memandangi keindahan Superman's Big Sister aku terus berdoa, semoga
saat pulang teman-teman bisa menemukannya, dan aku sudah melaporkan kehilangan
ini pada Mas Yos. Elvi menawarkan teh hangat kepada ku dan aku menyeruputnya
sambil makan roti.
Air terjun Superman's Bis Sister |
Puas dengan keindahan
Superman's Big Sister, kami beranjak meninggalkan tempat indah ini. Dalam
perjalanan pulang, rasanya energiku sudah terkuras habis. Di lokasi hilangnya
sepatu boots, Mas Yos bertanya di mana persisnya sepatu itu hilang, aku
menunjukkan di mana lokasinya. Semua teman berusaha menemukannya, meraba-raba
menggunakan kaki. Alhamdulillah Adi berhasil menemukannya.
“Ini
sepatunya dapat," teriak Adi.
"Kasihkan
Andis," pintaku.
Kini aku bisa pulang dengan perasaan lega, tidak ada kaki yang cidera karena tidak memakai sepatu.
Kami pulang dengan jalur yang sama saat berangkat. Kurang lebih pukul 17.30 WIB
kami tiba di mulut Gua Barat. Saat melewati mulut gua, di sinilah aku merasa
betapa bermanfaat dan pentingnya memakai helm, headlamp, sepatu boots,
kaos kaki, kaos tangan, pelampung dan wearpack .
Lega setelah sepatu bootku ditemukan. Foto: Apri Eko Prasetyo |