- Back to Home »
- Dari Gua Surupan Sampai Pantai Sawangan, Menikmati Hari Libur Kemerdekaan
Posted by : Jalan-jalan Asik
18 Agu 2015
Ini kali ketiga saya main ke Gombong-Kebumen, Jawa Tengah dan untuk ketiga kalinya pula tujuannya tak lain adalah untuk caving. Tiga kali caving
gua di gombong peserta perempuannya selalu tiga, padahal berharap kali
ini akan banyak perempuannya. Perjalanan kali ini berbeda dengan
perjalanan sebelumnya, libur tiga hari di bulan Agustus membuat kami
santai mengatur perjalanan, nggak perlu lagi bergadang cari tiket kreta
Progo yang aduhaaai susahnya karena harus rebutan dengan Asosiasi
Pekerja Pelaju jalur kereta selatan yang selalu pulang di hari Jumat
malam.
Sabtu
15 Agustus 2015 pukul 05.30 kami berangkat dari stasiun Senen Jakarta
menggunakan kereta Kutojaya Utara tarif Rp. 80.000, sampai di stasiun
Gombong pukul 12.20. Dari stasiun Gombong kami di jemput mas Yos (guide caving
gua) dengan mobil operasional pantai Menganti, setelah makan siang kami
melanjutkan perjalanan menuju menuju Gombong Selatan tepatnya menuju
Desa Karang Duwur Kecamatan Ayah Kebumen.
Kurang
lebih pukul empat sore kami tiba di Pantai Sawangan, malam ini kami
akan camping di sini. Pantai Sawangan sendiri baru dibuka untuk umum
tanggal 18 Mei 2015. Objek wisata yang dikelola oleh pemuda-pemuda desa
Karang Duwur, dana untuk pengelolaannya yang mencari kepala desa. Jalan
menuju pantai Sawangan yang tadinya masih tanah kini sudah disemen, ada
tempat penitipan kendaraan dan dibangun juga 2 buah toilet umum. Objek
wisata yang mereka kelola diberi nama “Sawangan Adventure” yang meliputi
wisata pantai, air terjun, flying fox dan gua.
Dari
tempat parkir kendaraan kami berjalan ke arah bukit, mas Yos mengajak
kami ke arah tebing menunjukkan mulut Gua Sawangan dan Air Terjun
Sawangan.
“Besok kita keluarnya di mulut gua itu,” tunjuk mas Yos kepada kami.
“Kita campingnya di mana Mas?” tanya saya mengingat tempat ini luas.
“Di sana dekat Gua Siwowo,” jawab mas Yos.
Andis,
Elvi, Rizwan dan louis sudah jalan duluan ke arah tebing dekat pantai,
saya ikuti mereka melewati jalan setapak disusul Surya dan mas Indar.
Dari atas tebing saya perhatikan mereka mondar-mandir dari ujung tebing
ke tebing yang lainnya. Matahari mulai turun mendekati garis pantai dan
warna jingganya pun mulai merona, sayang meskipun cuaca cerah tapi laut
seperti diselimuti kabut.
Saya
turun menyusul mereka melihat lebih dekat sisi lain setiap sudut
pantai, dan di ujung kanan tebing tanpa kami sadari Andis sudah
mendirikan tenda dan hammock. Lokasinya lumayan keren sih view langsung
menghadap ke laut dan sunset, tapi terlalu sempit buat mendirikan 2
tenda dan memasang hammock lagi pula anginnya kenceng benget. Mas Yos
menghampirinya dan terpaksalah tenda dan hammock Andis dibongkar.
Di kolasi yang baru kami mendirikan 2 tenda dan 4 hammock, cuaca cerah jadi kami bisa melihat dengan jelas milky way sambil
masak mie instan dan minum-minuman hangat. Ngobrolin
destinasi-destinasi yang pernah kita jalani bareng sambil menahan dingin
sampai kantuk menghampiri dan waktunya mengistirahatkan badan tiba.
Caving Gua Surupan
Berhubung
Gua Surupan bukanlah gua dengan jalurnya yang panjang dan memakan waktu
yang berjam-jam, maka tidak ada target khusus jam berapa kami akan
mulai caving. Pagi
itu kami bisa santai menikmati pagi yang sepi jauh dari keramaian, nun
jauh di sana tentunya gunung-gunung padat dengan puluhan tenda para
pendaki yang akan merayakan upacara 17 Agustus. Santai menikmati pagi
udara pantai Sawangan sampai mobil menjemput kami dan menghantarkan kami
untuk sarapan di rumah Kepala Desa.
Pantai
Sawangan lokasinya dekat dengan pantai Menganti, pagi itu kami
menyempatkan menyambangi pantai Menganti yang pengelolaan fasilitasnya
berkembang pesat. Menjelang siang pukul sebelas kami kembali ke pantai
Sawangan untuk persiapan caving Gua
Surupan. Dari area perkir pantai Sawangan menuju pintu Gua Surupan desa
Argopeni kami konvoi menggunakan motor, sampai di jalan raya kemudian
melanjutkan perjalanan dengan trekking melewati semak ilalang dan
sampailah kami di mulut Gua Surupan yang besar.
"Ini kegiatan berbahaya, caving wajib didampingi oleh pemandu yang berpengalaman. Dilarang keras merusak ornamen-ornamen yang ada di dalam Gua"
Sebelum
masuk lebih ke dalam mas Yos memberikan panduan kepada kami terutama
etika-etika dalam caving diantaranya, jangan mengambil apapun selain
foto, jangan membunuh apapun selain waktu dan jangan meninggalkan apapun
selain jejak. Tetap berjalan dengan hati-hati dan jangan sampai membuat
stalaktik ataupun stalakmit yang masih tumbuh menjadi patah.
Air
sungai bawah tanah yang sedang surut membuat saya lega melewatinya,
kami terus berjalan melewati genangan dan rombongan kami cukup banyak
karena mas Yos mengajak calon guide caving
dari Sawangan Adventure. Di dalam gua mas Yos mengenalkan ornamen
batu-batuan yang ada, seperti stalaktik, stalakmit dan flowston kepada
tim Sawangan Adventure. Karakter dan ornamen-ornamen Gua Surupan tak
jauh beda dengan yang ada di gua Petruk. “Ruang besar di dalam goa namanya cember,” jelas mas Yos ketika kami berada di dalam ruang yang besar.
Di dalam Gua Surupan juga masih bisa kita jumpai hewan seperti kelelawar, katak, jangkrik bahkan udang. Saat melewati batu Andis sempat menemukan udang, sayang saat mau ditangkap keburu udangnya hanyut kebawa air. Caving dengan karakter gua yang ada sungai bawah tanahnya sebenarnya menguntungkan kita, air membawa oksigen yang cukup untuk kita selain itu udara segar selalu bisa kita rasakan. Nah kekurangannya kita harus bisa bertahan di dalam air dengan menahan dingin.
Di dalam Gua Surupan juga masih bisa kita jumpai hewan seperti kelelawar, katak, jangkrik bahkan udang. Saat melewati batu Andis sempat menemukan udang, sayang saat mau ditangkap keburu udangnya hanyut kebawa air. Caving dengan karakter gua yang ada sungai bawah tanahnya sebenarnya menguntungkan kita, air membawa oksigen yang cukup untuk kita selain itu udara segar selalu bisa kita rasakan. Nah kekurangannya kita harus bisa bertahan di dalam air dengan menahan dingin.
Sungai
bawah tanah ini akan mengalir ke mulut Gua Sawangan yang menghadap
langsung ke laut dan membentuk Air Terjun Sawangan, kami berjalan menuju
pintu gua mengikuti aliran air yang jatuh melalui batu. Untuk menuruni
batu tersebut mas Yos meminta dua orang turun terlebih dahulu untuk
membantu kami karena ketinggiannya mencapai kurang lebih dua meter. Satu
persatu kami mulai turun dengan bantuan tali webbing
dan dibantu oleh dua orang yang sudah ada di bawah. Setelah selesai
semuanya turun berjalanlah kami ke arah mulut Gua Sawangan. Satu jam
berada di dalam gua akhirnya kami bisa menemukan jalan keluar. Andis
berjalan cepat sambil melambai-lambaikan bendera merah putih diikuti
kami yang tak sabar segera melihat pemandangan di luar gua.
Subhanallah
ternyata view dari mulut Gua Sawangan memang kereen, bergantian kami
berfoto sambil mengkibar-kibarkan merah putih. Ada air terjun Sawangan
yang tingginya mencapai kurang lebih 70 meter, sayang musim kemarau yang
menyebabkan air mengalir sedikit. Dari mulut Gua Sawangan kita bisa
melihat langsung Samudera Hindia dan tebing-tebing yang menjorok ke
lautan.
Kami
berjalan menuruni tebing mendekati pantai, istirahat sebentar sambil
menunggu rombongan yang nggak puas-puas berfoto dengan latar air terjun,
mulut gua dan laut. Dari pantai kami harus trekking ke atas menuju
mulut Gua Siwowo. Di Gua Siwowo kami mencoba menuruni gua vertikal ini
dengan cara rappeliing, mas
Yos dibantu 2 orang dari Sawangan Adventure memasang peralatan. Saya
dan Andis mencoba yang pertama untuk menuruninya, mas Yos mengajarkan ke
kami cari pengopersikan alat outostop yang saya pegang di tangan kanan sambil tangan kiri mengulur webbing. Cukup mudah dan kami mulai turun dan berayun di ketinggian kurang lebih 30 meter.
Selesai rappelling
kami bersantai melepas lelah di luar mulut Gua Siwowo, sambil
menghabiskan waktu menunggu jemputan yang mengantarkan kami ke lokasi
camping malam ke dua di lokasi yang berbeda.
Indahnya
kalau pagi bisa dibangunkan oleh suara ombak. Pagi itu 17 Agustus 2015
kami harus kembali ke Jakarta. Pukul Delapan pagi kami sudah
meninggalkan area camping menuju Stasiun Gombong. Semoga suatu hari kami
bisa kembali ke daerah ini untuk mengeksplore tempat-tempat yang indah
lainnya.
cakep mba Asih, nyusuuuuul ahh ngegoa di surupan
BalasHapusAyooo Rene, ngegoa lagi.
Hapus