- Back to Home »
- Menyusuri Jejak Sejarah dan Kebudayaan Melayu di Pulau Penyengat
Posted by : Jalan-jalan Asik
6 Mar 2013
Pulau
Penyengat dari namanya memang sedikit aneh, pulau ini terletak di Provinsi Kepulauan
Riau, pulau ini menjadi salah satu objek wisata sejarah andalan di
Provinsi Kepulauan Riau. Pulau ini dapat ditempuh selama 15 menit
dari kota Tanjung Pinang dengan menggunakan perahu motor kecil atau
yang biasa disebut dengan pompong, dengan tarif Rp. 5.000 per orang
atau Rp. 80.000 per perahu jika Anda ingin menyewanya dengan sekali
jalan.
Sesampai
di Pulau Penyengat Anda bisa langsung melihat bangunan unik berwarna
kuning, inilah Masjid Raya Sultan Riau. Konon Masjid ini dibangun
dengan tidak menggunakan semen sama sekali sebagai bahan perekatnya,
hanya menggunakan campuran telur, kapur dan tanah. Di depan pintu
utama masjid pengunjung akan melihat kitab suci Al Quran tulisan
tangan yang diletakkan di dalam peti kaca, Al Quran ini ditulis oleh
Abdurrahman Stambul Sultan Kerajaan Riau pada tahun 1867 M. Ia adalah
salah seorang Putra Riau yang dikirim Kerajaan Riau-Lingga untuk
menuntut ilmu di Istambul Turki, Al Quran bergaya Istambul ini
ditulisnya disela-sela kegiatannya mengajar agama Islam di Pulau
Penyengat.
Puas
melihat-lihat Masjid Raya Sultan Riau Anda bisa mengelilingi Pulau
Penyengat dengan berjalan kaki atau jika malas berjalan kaki Anda
bisa naik Becak Motor dari depan Masjid dengan tarif Rp. 25.000.
Becak Motor ini akan mengantarkan Anda ke tempat-tempat bersejarah
berikutnya. Sepanjang jalan Anda akan menikmati suasana Pulau
Penyengat yang sepi, tidak ada suara mobil hanya ada beberapa motor
yang lalu-lalang, penduduknya pun lebih memilih diam di dalam
rumah.
Terdapat beberapa Kompleks Makam Bangsawan di Pulau ini salah satunya adalah kompleks makam Raja Hamidah (Engku Puteri) pemegang Religa Kerajaan (alat-alat kebesaran kerajaan). Raja Hamidah adalah permaisuri Sultan Mahmud Syah III (1760-1812).
Terdapat beberapa Kompleks Makam Bangsawan di Pulau ini salah satunya adalah kompleks makam Raja Hamidah (Engku Puteri) pemegang Religa Kerajaan (alat-alat kebesaran kerajaan). Raja Hamidah adalah permaisuri Sultan Mahmud Syah III (1760-1812).
Sultan Mahmud Syah III adalah keturunan Sultan Riau IV dengan gelarnya Raja Haji Fisabilillah yang merupakan pahlawan nasional dalam membela tanah melayu dalam peperangan melawan Belanda. Pulau ini milik Raja Hamidah yang diberikan oleh Sultan Mahmud Syah III sebagai mahar atau mas kawin.
Terdapat
pula makam Raja Ali Haji (1808-1873), seorang pahlawan nasional dalam
bidang sastra dan bahasa Indonesia, pujangga terkenal dengan hasil
karyanya Gurindam 12, 12 pasal syair melayu yang berisikan
nasihat-nasihat. Selain itu ada makam Raja Ahmad seorang penasehat
kerajaan. Raja Haji Abdullah yang Dipertuan Muda Riau-Lingga IX
(1855-1858) serta Permaisurinya Tengku Aisyah.
Tak
jauh dari Kompleks Makam Raja Hamidah terdapat pula Kompleks Makam
Raja Jafar yang Dipertuan Muda Riau-Lingga VI (1806-1831) dan Raja
Ali yang Dipertuan Muda Riau-Lingga VIII (1844-1855) anak dari Raja
Jafar beserta keturunannya. Hampir seluruh keturunan Raja Riau-Lingga
dimakamkan di Pulau Penyengat.
Satu
lagi peninggalan sejarah yang dapat Anda kunjungi adalah Balai Adat
Melayu Indera Perkasa. Balai Adat adalah tempat penyimpanan
perkakas-perkakas Raja dan Tuan Putri. Terdapat pelaminan pengantin
di dalam Balai Adat ini. Selain itu di bawah bangunan Balai Adat
Melayu Indera Perkasa terdapat sumur yang konon merupakan sumber mata
air pertama di Pulau Penyengat.
Jika
Anda sedang berada di kota Tanjung Pinang atau Batam, sempatkanlah
berkunjung ke Pulau Penyengat di Kepulauan Riau.